Sabtu, 04 Maret 2017

Tulis semua rahasia dan mimpimu. Mimpi. Bukan cuma impian

Tadi pagi setelah nulis di buku mimpi, ngobrol-ngobrolah kita dengan Suhaila. Kuceritain tentang mimpiku semalam. Seru. Dia memang jadi penggemar pertama kalau aku cerita, apa saja. Hobi dengerin cerita nih anak, tapi kurang suka kalau dibacain cerita dari sebuah buku yang diulang-ulang. Maunya kisah nyata orang-orang terdekatnya saja. Atau saat ku ngarang cerita karena kehabisan stok. 

Saat ku cerita betapa ngerinya mimpiku semalam, tentang kehilangan jejak sosok asing yang membantu kita membukakan pintu kereta (dalam mimpi). Dia bilang, seharusnya aku balik tidur lagi biar mimpinya nyambung lagi. Trus kutanya dia, 'Memang Haila pernah nyambung lagi mimpinya?' Dia jawab, iya. Dan dia kasih tips kalau mau nyambung lagi mimpinya, harus cepet-cepet tidur lagi, karena kalau engga nanti mimpinya pindah tempat. Hahaha setelah dia nyaman berkenalan dengan Lucid, dia nyaman saat mimpi terputus dan lambat laun paham juga gimana cara menyambung mimpi. Sip! Engga usah pakai dijelasin ternyata anak-anak itu lebih cepat paham dunia mimpi dari orang dewasa ya. Mungkin karena hatinya masih lapang dan menerima dengan baik segala imajinasi yang ada. Kalau orang dewasa cenderung keras hati dan merasa paling serba tahu dan serba bisa, jadi kurang imajinatif. Hal-hal yang di luar akal fikiran hanya akan menjadi lelucon semata. Seperti, 'Sudah bukan wayahnya kamu terpesona dengan dunia mimpi, Da!' 

maksudmu?!

Pagi dan Malam.
Dunia nyata dan dunia maya dalam mimpi. 
Kalau Siang kita sudah berpayah-payah, maka malam saat rehat kita dihibur dengan dunia yang kadang bikin pilu, kemudian kita merasa lega, 'Fiuh hanya mimpi' atau bikin jengkel, 'Ohhh kenapa cuma mimpi??' ... Lalu apakah dunia yang sudah menghibur kita saat kita terlelap mau dinafikan keberadaannya? Tentu saja, jangan. Itu dunia yang penting, kualitas hidup dan cara pandang akan sesuatu hal dapat terlihat dari bagaimana kita memperlakukan mimpi kita, apakah kita akan menghargainya, menyambutnya, menganggapnya penting atau hanya sekedar pengalaman tak berarti. 

Aku engga bermaksud menggurui sih. Cuma berharap, agar kelak anak-anakku bisa menghargai mimpi-mimpinya, dan menganggapnya sebagai bagian dari kehidupannya. Terus terang, berbagi cerita mimpi itu menyenangkan. Kita semacam diceritain sebagian rahasia kecil ambisi, keinginan dan harapan seseorang yang tak tersampaikan di dunia nyata, tapi sedikit terwujud di dunia mimpi. Ya, seperti saat kumerasa harus TERBANG tanpa sayap. Cuma ingin tahu rasanya terbang, tapi tidak mungkin bisa dilakukan di kehidupan nyata, maka itu kugunakan dunia mimpi untuk merasakan seperti apa sih rasanya terbang. Setelah itu ya mendarat dengan susah payah, tapi bangun tidur terasa lebih menggembirakan ha ha ha (^_^)