Kamis, 16 Januari 2020

Ra Ra RasPutin



Okay ini Rasputin. Bukan itu yang kumau ceritakan. Aku ini sudah menulis dua folder penting dalam hidupku, yaitu Arbain 2018 dan penelitian Pimbon Mangkuprajan. Dan dua-duan raib dari komputerku. Aku merasa ini kok ada yang membantu aku untuk tidak segera unjuk gigi dan tebar pesona atas nama keimanan ya? Kalau begitu aku akan menulis tentang Rasputin. Gimana? Apakah data-data masih ingin menghilang? Tidakkah akan tetap tinggal karena pesona Rasputin yang gila itu?

Sabtu, 04 Januari 2020

Menjadi minoritas di Indonesia

Karbala 2018 Saat Arbain

Timur Tengah kembali menyoroti IRAN dan IRAQ selepas syahidnya Qasim Sulaimani yang mana nama beliau tidak akan dikenal oleh Muslim Indonesia selain yang bermadzab Jafari atau yang concern dengan dunia Syiah Islam. Mungkin kalau nanya tentang Qasim Sulaimani ke Jamaah Tabligh mereka engga akan tahu -- dan itu ga papa; karena memang engga harus tahu, karena ini adalah pelajaran politik islam Luar Negeri atau Timur Tengah. Dan biasanya yang bermadzab Syiah (baik Imamiyah dan Ismaili) lebih peka dengan urusan Timur Tengah. Mengapa begitu? Jawaban mudahnya adalah karena kiblat pergerakan Mahdinya (terutama Syiah Imamiyah atau 12 Imam) berpusat di Iran dan Irak. Ulama-ulama dan marja yang dipegang lebih banyak di Iraq dan Iran. Pemimpin Hezbollahnya di Lebanon. Jadi, mau tidak mau pemahaman tentang dunia Arab dan Islam Timur Tengahnya cukup ter--uptodate. Ini alasan yang guampang dan sederhana. Yang rumit, engga usah kujelasin, malah pusing ntar. 

Bukannya aku underestimate misalnya, LDII atau Jamaah Tabligh atau umm jamaah MTA (kok ya aku nyebutnya mereka ya hahaha), tapi jelas mereka ga akan ambil pusing dengan rute najaf karbala atau perkembangan politik di Lebanon, atau bahkan engga sangka kalau ada keluarga nabi Muhammad SAW yang punya makam Haram di Suriah. Iya khan? Coba tanya aja, mereka tau engga dimana letak keluarga-keluarga nabi yang syahid semua itu dibantai dan dikuburkan. Pasti bingung jawabnya. Engga salah juga sih, pelajaran Tarikhnya dimodif sesuai pesanan mayoritas yang engga mau ruwet dan minoritas yang taqiyah.

Tapi dunia Islam, Timur Tengah, Palestine, dll itu engga akan lepas dari urusan perangnya Syiah melawan musuh bebuyutan mereka: para sultan dan raja lalim zalim yang akan selalu menghancurkan situs-situs suci peninggalan Nabi dan keluarga Nabi Muhammad SAW. Itu kalau Daesh ISIS ga dihajar ma askari-askari Syii, ya bakal masih ada ISIS yang hobinya meluluhlantahkan hal-hal yang berbau maulid eh sufistik. 

Sementara, di Indonesia sendiri, madzab ini engga bisa diterima sama sekali. MUI ga tegas, negara cuek, menteri agamanya santai. Padahal dimana-mana sudah dinyatakan kalau Syiah itu sebuah madzab. Tapi ya dasar memang Indonesia ini engga cukup toleran. Kebayang khan orang bisa ngadain Asyura di London dengan nyaman, tapi di  negara yang katanya muslimnya pualing buanyak, tapi galak-galak. Lihat orang Syiah solat di masjid aja direkam diviralkan dan divitnah-vitnah. Padahal bisa khan ya kalau penasaran nanya ke kita tentang solat kita ntar ya kita kasih tau kok beda dan samanya dimana dan mengapa bacaannya begitu. Sekalian diajak mikir dan baca ulang AlQuran jadi engga ngoceh yang engga2 kenapa orang Syiah 3 Waktu dan bukannya 5 Waktu. 

Syiah Sampang lebih dari 6 tahun menderita ya engga ada penyelesaian dari negara. Engga tau ya menteri agamanya ngapain sih ya sampai warganya mau beribadah dengan santai aja engga bisa. Ya engga penting sih ibadah ramerame di masjid atau mau adain acara di masjid ... tapi kalau tiap masuk Masjid kita dicurigain dan dipel lantai masjidnya setelah itu khan ya rada gimana. 2020 kok ya masih galakgalak napa sih? kurang ngopi dan nyufi deh kalian!