Jumat, 02 Maret 2018

Diam Ngalah Lupakan. Ketika Midas menyentuh kepalaku, aku pun DIAM

Karena tidak banyak teman ngobrol, penulis itu selalu menulis. Ketika itu dilakukan, seketika, menjadi riuh ramai. Tak terbendung ramainya, semua jadi ingin ngobrol dengan si Penulis. Hari ini aku fokus mengumpulkan kisah-kisah sejarah tentang Imam Ja'far as-Shadiq, dalam kaitannya dengan Dunya Kimiya. Banyak baca buku, cari info sana dan sini, baca buku lagi, lihat internet, cari data di wikipedia dan sacredtext kemudian lanjut lagi baca buku dan menulis lagi. Bikin bahagia. Teman sedikit bisa dihitung dengan jari tangan kanan, jadi buku-buku ini jadi penenang saat sepi lewat dan bertandang, kemudian ramai lagi, dan semangat lagi, meski memang ya sepi itu yang kucari, karena sudah terbiasa; kalau ramaipun kadang suka pelanpelan mundur dan sembunyi. 


Kalau tidak terlalu banyak haha dan hihi dengan teman itu, aman, jadi tidak banyak yang tersakiti; mungkin karena begitu membosankannya diriku maka itu aku harus pelan-pelan saat menemukan teman, bisa jadi saat pertama berjumpa menyenangkan, kemudian pertemuan selanjutnya, aku berubah menjadi belanak bikin tak nyaman; jika banyak bicara. Selanjutnya aku pun lebih banyak diam; dan lamakelamaan diam itulah yang aku cari karena begitu nyaman saat berada di dalamnya. Tak jarang kalau aku bisa tidak ngobrol apapun saat ... 

ya memang tidak ada yang diobrolkan. 
Baiklah, bukan itu maksudku. Atau memang susah menjelaskan betapa nyamannya dan tidak nyamannya kalau ...

... itu cuma 

...
...
...

ada suatu tempat dalam mimpiku, yang aku sering banget datang berkunjung; aku tidak tahu nama tempatnya. dan gambaran tempat itu selalu muncul saat hatiku merasa tidak nyaman, sepertinya itu rumahku juga. Di tempat itulah aku mendapatkan konsep Diam Ngalah dan Lupakan. Di sana seperti ada yang memberikanku ilmu untuk selalu banyak Diam, selalu Ngalah dan Melupakan hal-hal yang tidak berkenan diingat-ingat. 

Aku pun melaksanakannya. 
Saat urusan ribet sekali, aku lebih sering menjadi pengamat dan diam; melihat arah keributan ke mana. Kalau makin keruh ya aku berusaha untuk sedikit mencairkan suasana, tapi kalau urusan baik-baik saja tanpa turut campurku, ku lebih pilih DIAM. 

NGALAH, itu harus. Kalau berhadapan dengan orang yang mau menang sendiri, biasanya ku langsung ngalah tanpa syarat, aku ikutin saja alur dia, tapi sampan ku kendalikan pelan-pelan, jadi saat arus mulai menjerumuskan, aku tidak tergopoh-gopoh. 

Jadi begitu aku kena masalah, D N L ini tadi langsung menghadang, Aida harus banyak Diam Ngalah dan LUpakan. 
Aku pun langsung DIam Ngalah dan Lupakan. Jadi tidak mungkin ada dendam menetap terlalu lama. Kalau banyak diam, mungkin kita tidak banyak teman, tapi tidak banyak menyakiti orang juga sepertinya. Diam itu emas. Ini Shahih! 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar