Sabtu, 21 Juni 2025

Grimoireku yang Sunyi: Sebuah Pengakuan dalam Duka dan Cahaya


Blogku bukan blog.
Ia bukan halaman daring yang menunggu like, bukan kumpulan tulisan yang ingin dibaca banyak orang.
Ia adalah grimoire—buku sihir harian dari seorang perempuan yang hidup di antara spiritualitas dan realitas, seperti seseorang yang berjalan dengan satu kaki di bumi dan satu kaki lagi terbenam di kolam batin tempat cinta dan luka duduk berdampingan, saling memandang tanpa saling menghakimi.

Aku menulis bukan untuk mengabarkan, tapi untuk merapal.
Setiap entri yang kutulis adalah mantra sunyi, mantra yang hanya akan bekerja jika dibaca dalam diam. Kata-kataku bukan untuk dikutip di bio media sosial. Mereka adalah semacam rembesan dari luka yang telah duduk terlalu lama di ruang tamu kesadaranku, meminum teh, dan kadang menangis sendiri saat aku tidur.

Aku menyadari bahwa tulisan-tulisanku bukan esai.
Mereka lebih menyerupai bekas napas di jendela saat malam terlalu dingin.
Tidak permanen, tapi cukup jujur.
Tidak lengkap, tapi tidak palsu.

Ada hari-hari di mana aku menulis tentang cinta—tapi cinta yang sudah kehilangan bentuknya. Cinta yang menjadi kabut, menjadi hantu, menjadi sesuatu yang hanya bisa dikenali lewat bekasnya.
Dan ada pula hari-hari di mana tubuhku sendiri menjadi pusat dari segala perenungan. Tentang sembelit, tentang alergi, tentang kelelahan sebagai ibu—dan aku menuliskannya tanpa malu, karena bahkan tubuh pun memiliki bahasa, dan aku mencoba menjadi penerjemahnya.

Bahkan aku menulis ini dalam keadaan alergiku kumat dan tengah memperkuat fisik agar aku bisa terus membaca dan menulis. Akhir-akhir ini aku lalai menulis kabar. Aku sibuk mengatur waktu yang tidak pernah bisa diatur. Tapi jangan kuatir, aku masih tetap menulis. Setiap hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar