Sabtu, 13 Februari 2021

Menunggu Messiah (Netflix, 2020)

Messiah adalah seri televisi web cerita seru Amerika Serikat yang diciptakan Michael Petroni. Musim pertama terdiri dari sepuluh episode, yang ditayangkan di Netflix pada 1 Januari 2020 dan aku baru sempat menontonnya di tahun 2021. Review filmnya mungkin bisa didapat dengan cepat di internet, wikipedia atau movie review lainnya. Aku sempat membaca beberapa sinopsis yang ditulis di beberapa situs. Bahkan, terakhir aku membaca sinopsis yang di Mojok : Menyimak Messiah ala Mojok dan juga beberapa review lainnya yang buatku kok kurang dapet feelingnya yah. Mereka lebih melihat akting pemain Mesiah-ya yang katanya polos tak berbobot. Lha khan memang memerankan Al-Masih, masa' harus ugal-ugalan. Baru lihat adegan Mesiah nembak anjing aja pasti dah bertanya-tanya: WTF? Padahal itu adegan yang kalau mau dicermati itu semacam hal yang ingin ditunjukkan bahwa Mesiah engga selamanya menyembuhkan kalau tidak ada titah untuk menyembuhkan. Akui saja, orang yang punya agama musti paham situasi itu. 


Di film ini, awalnya aku mengira kalau Al-Masih ini backgroundnya adalah pengikut Zoroaster, tapi ternyata backgroundnya adalah Yahudi yang tinggal di Iran. 

Dari film ini kita bisa melihat bagaimana sebuah agama lahir. Seorang tokoh yang revolusioner, dan memiliki mukjizat-mukjizat, kemudian dia memiliki pengikut. Diantara pengikutnya kita lihat aneka ragam orang. Ada yang awalnya tidak percaya, kemudian percaya. Ada yang awalnya percaya, kemudian melepas kepercayaannya. Ada yang tidak peduli dengan asal usul sang Imam, ada yang selalu mencari tahu asal usul sang Imam dan merasa kalau sejarah kehidupannya cukup mengganggu keimanan. 

Kalau kita baca Taurah dan Al Kitab kita akan melihat kalau kehidupan para Nabi dan keluarganya pun banyak kisah dan sejarah. Ada Nabi yang dibilang penyihir, penipu, pendiri Cult, dan bahkan orang gila. Maimonides mengatakan kalau Nabi Muhammad adalah nabi palsu dan orang gila. Yesus juga merupakan penggerak agama yan terpisah dari Yahudi. Buddha Gautama dulu juga seorang Hindu yang kemudian memiliki banyak pengikut. Semua penggerak revolusioner itu selalu punya latar belakang dan catatan sejarah. 

Aku tidak mengatakan kalau ciri-ciri dari Al-Masih adalah semacam yang diperlihatkan oleh film ini, akan tetapi film ini memperlihatkan seperti apa agama itu berkembang. Ada konflik, perang, cinta kasih, cinta buta, politik, drama, kebencian, rasa rindu, kasih sayang, kekaguman, dan juga pasrah.

Di film ini ada sebuah scene yang mana scene ini diketawain oleh salah seorang penulis sinopsis film di internet. (Sinopsisnya ada di sini: Sinopsis MainMain.Id). Sinopsis ini melihat sebuah adegan anak penggembala domba yang kelak akan menemukan Aviram, Al-Masih dan dua orang Israel lainnya sewaktu mereka tersungkur di ladang Bunga. Scene awal, dilihatkan kalau anak penggembala ini, sepertinya bener-bener terasing dari dunia modern, akan tetapi scene pendek ini memperlihatkan kalau anak gembala dan juga teman-teman desanya itu sekolah dengan menggunakan Tablet. Yup Sekolah dari Rumah dengan menggunakan teknologi canggih. Di akhir scene, anak gembala ini yang mengukuhkan keraguan Aviram dan teman-temannya dari Israel, tentang keajaiban Al-Masih: membangkitkan yang sudah mati. 

Sebagai penonton film, kita engga tau apakah benar Aviram dan rekannya mati dan kemudian dibangkitkan kembali oleh tangan ajaib Al-Masih atau tidak? Anak gembala yang punya kuncinya. 

Sesuatu yang magis spiritual itu engga bisa di nalar tapi hati engga akan bentrok dengan akal. Sangat menyesalkan kadang pembuat sinopsis, suka luput melihat simbol yang tersembunyi dalam sebuah film, atau bahkan malas untuk menarik benang merah dengan apa yang telah terjadi di dunia. Jadi, mereka terlalu menikmati cibir-mencibir. Padahal, ruang yang mereka pakai untuk menulis itu dibaca oleh banyak orang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar